Memasuki
Masa Kritis hingga Berpulang.
Setelah
melewati tiga malam dua hari dirawat dengan kondisi yang semakin membaik
sehingga sedikit menghibur hati kami ternyata semua itu hilang saat memasuki
hari ketiga bapak dirawat karena pada hari itu kondisi bapak kembali droup,
keluarga yang datang membesuk dirinya tidak ada yang dikenal lagi . Bapak
Yoseph Koke Kelen yang selama ini sangat dekat dengan beliau ketika datang
membesuk semua sapaan dan obrolan dari bapak Koke tidak ia tanggapi, ini tidak
seperti sehari sebelumnya.
Menurunya
kondisi kesehatan ini membuat Ema Lisa menjadi kuatir sehingga membuat saya
berinisiatip menelpon Gabriel Kesin adik Bapak agar segera ke Larantuka. Walau
Gabriel masih berkeinginan bercengkerama dengan keluarganya sehabis merayakan
Natal namun atas desakan saya sore itu hanya berbekal uang 50 Ribu Rupiah ia
nekat ke Larantuka. Beruntung keberuntungannya berpihak kepadanya karena ojek yang
mengantarnya k pelabuhan Penyeberanngan Tobi Lota tidak menagi bayaran sesuai
tarif yakni 50 ribu Rupiah tetapi 35 Ribu Pupiah saja, lagai saat mau
menyeberang Gabriel sekali lagi beruntung karena ada kapal Motor nelayan bakti
yang dipakai oleh komunitas masyarakat Larantuka yang memanfaatkan waktu libur
untuk berwisata sehingga dia bisa menumpang kapal tersebut dengan tanpa
membayar sewa.
Sesampainya
di RS Gabriel langsung menelpon saya dengan menyampaikan bahwa kondisi Bapak
menurun drastis. Melihat kondisi bapak seperti itu kami semua mulai gelisa
mencari jalan keluar terbaik yang bisa kami lakukan untuk mengembalikan kondisi
bapak. Dalam kekalutan itu kadang akal sehat mulai tidak berfungsi boleh
dikatakan demikian karena sore itu Ema Lisa haru berangkat ke Watowiti menemui
orang pintar bapak Petrus Ratu Doren untuk meminta pendapat dan pertolongannya
mengatasi kondisi sakitnya bapak yang semakin parah itu. Entah apa yang mereka
bicarakan tetapi sepulang dari menemui bapak Petrus Ratu Doren Ema Lisa
sepertinya mulai menerima keadaan terburuk yang akan terjadi pada Bapak.
Malam itu
kami semua gelisah baik yang menemani bapak di RS maupun kami yang tidak ikut
menemaninya. Kebiasan saya setiap malam online malam itu tidak saya lakukan
karena mata tak mau kompromi. Tidur awal bukanya membuat badan saya segar namun
saat bangun pagi badan ini terasa remuk bak selesai ditindih beban berat. Saat
hendak mandi agar berangkat ke RS kami mendapat telpon dari Gabriel bahwa Bapak
Burong telah tiada. Ia pergi untuk selama – lamanya meninggalkan seorang Istri
(Ema Lisa) dan dua orang anak yakni seorang Putra ( ade Dami Kesin) dan seorang
Putri (Yati Kesin) serta seorang cucu. Selain meninggalkan keluarga tercinta
bapak juga meninggalkan kenangan manis bagi semua sahabat dan handaitaulan yang
selama ini berinteraksi dengan dirinya. Selamat jalan Bapak Burong.(Bersambung)
Larantuka; 7 Januari 2014
Andreas Soge
Larantuka; 7 Januari 2014
Andreas Soge
PEDOMAN KOMENTAR
Ayo berpartisipasi membangun budaya berkomentar yang baik. Bila menemukan komentar bermuatan menghina atau spam, berikan jempol bawah, tanda Anda tak menyukai muatan komentar itu. Komentar yang baik, berikan jempol atas.
Kolom komentar tersedia untuk diskusi, berbagi ide dan pengetahuan. Hargai pembaca lain dengan berbahasa yang baik dalam berekspresi. Setialah pada topik. Jangan menyerang atau menebar nuansa kebencian terhadap suku, agama, ras, atau golongan tertentu.
Pikirlah baik-baik sebelum mengirim komentar.