Petisi Menggugat Penguasa: MENOLAK LUPA !!
(Sewindu meninggalnya “sang martir” Kemanusiaan-MUNIR)
Hari ini Anggie mendengarkan putusan hukuman pengadilan atas kasus korupsi-suap wisma atlet. Kemarin begitu gencar kita mendengar tentang kasus korupsi di lingkukangan kepolisian yang menyeret beberap jendral atas kasus korupsi simulator SIM. Namun kita lupa, kasus Gayus belum selesai. Kasus Century masih bungkam karena dilupakan. Kasus Nazarudinpun demikian. Dugaan korupsi yang melibatkan beberapa petinggi partai Demokrat seperti yang disaksikan oleh para saksi di persidangan Anggie dan Nazar juga hanya sekedar nazar dan kemudian dilupakan.
Ini baru kemarin, tapi begitu cepat dilupakan. Apalagi belasan tahun yang lalu. Tidak hanya mencuci tangan tapi dilupakan bahkan dikurbur dalam liang lahat kematian para pejuang kemanusiaan. Kita ingat pada tahun 1998, banyak mahasiswa yang hilang: diculik dan dan ditembak mati. Tapi apa yang diterima, suara teriak mengingatkan penguasa, tetesan air mata bunda negeri ini seakan tak mampu menggetarkan nadi nurani kemanusiaan para penguasa untuk membongkar aib kekejaman negeri ini, tapi malah berdalih dan mencuci tangan; itu salah tembak, itu di luar kontrol yang kemudian secara perlahan namun pasti sepasti kebusukan mereka melupakan nilai hidup manusia yang mati di tangan kejam para penguasanya sendiri.
Inipun baru kemarin, belum setua usiah Republik ini, belum seuban rambut para pemimpin negeri ini. Baru Delapan (8) tahun, baru usia Sekolah Dasar kalau boleh dibilang demikian. Namun juga sudah dilupakan oleh para penguasa negeri ini yang sibuk mengurus soal pornografi, yang latah dengan rok mini, yang sibuk dengan mengurus bangunan jembatan, pelabuhan dan mercusuar simbol kesombongan mereka. Yah bagi kita yang masih punya nurani kemanusiaan tentu tidak lupa dengan seorang ‘martir” kemanusiaan Indonesia ini yaitu Sahabat Munir yang meninggal akibat “diracun” dalam perjalanannya menuju Amsterdam untuk melanjutkan studinya dengan pesawat Garuda. Kita tidak pernah lupa akan kegigihan perjuangan Sahabat Munir demi memanusiakan manusia Indonesia, demi keadilan dan kebenaran yang kini telah dibunuh secara kejam oleh para penguasa. Dan kita tidak pernah lupa dengan sebuah kebiadaban para penguasa negeri ini yang tidak punya rasa terima kasih pada Sang Anak Bangsa: Sahabat Munir yang justru sedang berjuang mengembalikan wajah bangsa ini kepada aura kemanusiaan, keadilan dan kebenaran tapi justru dibalas dengan pengkhianatan dan “pembunuhan” oleh kompolotan oknum penguasa yang tidak menghendaki adanya kemanusiaan, keadilan dan kebenaran hidup di negeri ini, yang tetap membiarkan wajah kejam negeri ini di seluruh senatero bangsa.
Langkah kaki sang istri: Suciwati masih kuat, suara sang istri belum parau...tangan juang ini belum turun dan suara kemanusiaan belum mati. Kami tidak lupa dan tidak akan pernah lupa akan darah segar perjuangan Sahabat Munir, akan suara lantang Sahabat Munir dan akan Jiwa juang Sahabat Munir memanusiaakan manusia negeri yang disebut Indonesia, untuk keadilan dan kebenaran di negeri yang sombong dan menari di atas kerakusan, keserakahan dan ketidakadilan serta ketidakbenaran dalam sarung korupsi dan kekerasan, dalam topeng pengrusakan lingkungan hidup yang menjadikan negeri paling rakus nomor satu dunia.
Kami tidak lupa, meski engkau penguasa yang berdendang di atas “tengkorak mayat-mayat” hidup insan negeri ini dengan mudah melupakan perjuangan sang martir kemanusiaan bangsa ini: SAHABAT MUNIR... Oleh karena itu kami sepakat, rakyat yang muak dengan janji palsumu, menolak dan melawanmu dalam satu kata: MENOLAK LUPA... untuk tidak melupakan penuntasan kasus pembunuhan Sang Pahlawan kemanusiaan, Martir kemanusiaan bangsa: SAHABAT MUNIR.
Mengumandangkan pesan kemanusiaan Munir
07 September 2004-2012
Lie Jelivan msf
(Sewindu meninggalnya “sang martir” Kemanusiaan-MUNIR)
Hari ini Anggie mendengarkan putusan hukuman pengadilan atas kasus korupsi-suap wisma atlet. Kemarin begitu gencar kita mendengar tentang kasus korupsi di lingkukangan kepolisian yang menyeret beberap jendral atas kasus korupsi simulator SIM. Namun kita lupa, kasus Gayus belum selesai. Kasus Century masih bungkam karena dilupakan. Kasus Nazarudinpun demikian. Dugaan korupsi yang melibatkan beberapa petinggi partai Demokrat seperti yang disaksikan oleh para saksi di persidangan Anggie dan Nazar juga hanya sekedar nazar dan kemudian dilupakan.
Ini baru kemarin, tapi begitu cepat dilupakan. Apalagi belasan tahun yang lalu. Tidak hanya mencuci tangan tapi dilupakan bahkan dikurbur dalam liang lahat kematian para pejuang kemanusiaan. Kita ingat pada tahun 1998, banyak mahasiswa yang hilang: diculik dan dan ditembak mati. Tapi apa yang diterima, suara teriak mengingatkan penguasa, tetesan air mata bunda negeri ini seakan tak mampu menggetarkan nadi nurani kemanusiaan para penguasa untuk membongkar aib kekejaman negeri ini, tapi malah berdalih dan mencuci tangan; itu salah tembak, itu di luar kontrol yang kemudian secara perlahan namun pasti sepasti kebusukan mereka melupakan nilai hidup manusia yang mati di tangan kejam para penguasanya sendiri.
Inipun baru kemarin, belum setua usiah Republik ini, belum seuban rambut para pemimpin negeri ini. Baru Delapan (8) tahun, baru usia Sekolah Dasar kalau boleh dibilang demikian. Namun juga sudah dilupakan oleh para penguasa negeri ini yang sibuk mengurus soal pornografi, yang latah dengan rok mini, yang sibuk dengan mengurus bangunan jembatan, pelabuhan dan mercusuar simbol kesombongan mereka. Yah bagi kita yang masih punya nurani kemanusiaan tentu tidak lupa dengan seorang ‘martir” kemanusiaan Indonesia ini yaitu Sahabat Munir yang meninggal akibat “diracun” dalam perjalanannya menuju Amsterdam untuk melanjutkan studinya dengan pesawat Garuda. Kita tidak pernah lupa akan kegigihan perjuangan Sahabat Munir demi memanusiakan manusia Indonesia, demi keadilan dan kebenaran yang kini telah dibunuh secara kejam oleh para penguasa. Dan kita tidak pernah lupa dengan sebuah kebiadaban para penguasa negeri ini yang tidak punya rasa terima kasih pada Sang Anak Bangsa: Sahabat Munir yang justru sedang berjuang mengembalikan wajah bangsa ini kepada aura kemanusiaan, keadilan dan kebenaran tapi justru dibalas dengan pengkhianatan dan “pembunuhan” oleh kompolotan oknum penguasa yang tidak menghendaki adanya kemanusiaan, keadilan dan kebenaran hidup di negeri ini, yang tetap membiarkan wajah kejam negeri ini di seluruh senatero bangsa.
Langkah kaki sang istri: Suciwati masih kuat, suara sang istri belum parau...tangan juang ini belum turun dan suara kemanusiaan belum mati. Kami tidak lupa dan tidak akan pernah lupa akan darah segar perjuangan Sahabat Munir, akan suara lantang Sahabat Munir dan akan Jiwa juang Sahabat Munir memanusiaakan manusia negeri yang disebut Indonesia, untuk keadilan dan kebenaran di negeri yang sombong dan menari di atas kerakusan, keserakahan dan ketidakadilan serta ketidakbenaran dalam sarung korupsi dan kekerasan, dalam topeng pengrusakan lingkungan hidup yang menjadikan negeri paling rakus nomor satu dunia.
Kami tidak lupa, meski engkau penguasa yang berdendang di atas “tengkorak mayat-mayat” hidup insan negeri ini dengan mudah melupakan perjuangan sang martir kemanusiaan bangsa ini: SAHABAT MUNIR... Oleh karena itu kami sepakat, rakyat yang muak dengan janji palsumu, menolak dan melawanmu dalam satu kata: MENOLAK LUPA... untuk tidak melupakan penuntasan kasus pembunuhan Sang Pahlawan kemanusiaan, Martir kemanusiaan bangsa: SAHABAT MUNIR.
Mengumandangkan pesan kemanusiaan Munir
07 September 2004-2012
Lie Jelivan msf
PEDOMAN KOMENTAR
Ayo berpartisipasi membangun budaya berkomentar yang baik. Bila menemukan komentar bermuatan menghina atau spam, berikan jempol bawah, tanda Anda tak menyukai muatan komentar itu. Komentar yang baik, berikan jempol atas.
Kolom komentar tersedia untuk diskusi, berbagi ide dan pengetahuan. Hargai pembaca lain dengan berbahasa yang baik dalam berekspresi. Setialah pada topik. Jangan menyerang atau menebar nuansa kebencian terhadap suku, agama, ras, atau golongan tertentu.
Pikirlah baik-baik sebelum mengirim komentar.